Sejarah Seni Fotografi

Sejarah Seni Fotografi – Fotografi tidak lepas dari kehidupan milenial. Namun tahukah kamu sejarah munculnya seni tersebut? Dewasa ini banyaknya milenial yang mengunduh foto mereka dengan tampilan yang sangat baik atau yang biasa kita kenal dengan seni fotografi. Bahkan fotografi sudah menjadi hobi bagi banyak orang. Yuk simak sejarahnya sampai perkembangannya saat ini!

“Photography” yang berdasarkan dari bahasa Inggris dan asalnya dari bahasa Yunani “photos” (cahaya) dan “grafo” (melukis/menulis) merupakan pengertian fotografi. Jadi, fotografi adalah suatu proses melukis dengan menggunakan media cahaya. premium303

Fotografi dapat menjadi proses atau cara untuk menciptakan output yaitu sebuah gambar ataupun foto dari sebuah obyek yang dimana merekam pantulan cahaya mengenai obyek tertentu pada media yang peka akan cahaya. Kamera menjadi alat yang paling populer untuk menangkap cahaya. Sebab tanpa cahaya, tidak ada foto yang dapat dihasilkan. Lightmeter digunakan untuk membantu menghasilkan intensitas cahaya. https://www.benchwarmerscoffee.com/

Sejarah Seni Fotografi

Sejarah Fotografi

Sejarah Fotografi dimulai Pada abad ke-19, yaitu tepatnya di tahun 1839 merupakan tahun awal fotografi mulai diketahui. Ketika itu, Perancis meresmikan bahwa fotografi merupakan sebuah terobosan teknologi baru dengan output berupa rekaman dua dimensi seperti yang terlihat oleh mata, kemudian sudah bisa dibuat permanen.

Fotografi kian populer seiring dengan perkembangan teknologi. Kata berasal dari kata Yunani kuno, yaitu photo / cahaya, dan graphos / menggambar.

Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Abad ke-5 SM, seorang pria bernama Mo Ti mengobservasi suatu gejala. Apabila di dinding ruangan yang gelap ada lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik melalui lubang tadi. Mo Ti adalah manusia pertama sadar akan fenomena camera obscura (The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press 1991).

Berabad-abad berlalu, banyak orang yang menyadari dan mengagumi fenomena tersebut, dimulai dari Aristoteles di abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab, Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM yang berusaha menangkap fenomena ini ke dalam sebuah alat yang diciptakan, hingga pada tahun 1558, seorang ilmuwan dari Italia, Giambattista Della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar.

Penelitian kembali dilakukan namun perkembangan berarti terjadi pada tahun 1824. Seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamarnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur. Ia kemudian meneruskan percobaannya sampai pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenar-benarnya. Foto yang dihasilkan saat ini tengah disimpan di University of Texas di Austin, AS.

Penelitian demi penelitian terus berlanjut hingga pada tanggal 19 Agustus 1839, desainer panggung opera yang juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya. Sebuah gambar permanen dibuat  pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin kemudian disinari selama satu setengah jam lamanya dengan cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon). Nah, proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar secara permanen, pelat harus dicuci larutan garam dapur dan juga air suling.

Daguerre sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis menyatakan ternyata temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia. Sejak saat itu fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat di seluruh dunia.

Pada kisaran tahun 1880-an, di Amerika, George Eastman menempatkan rol film fleksibel di pasar. Hingga pada tahun 1889 dia memperkenalkan kamera Kodak pertama dengan memberikan slogan, “Anda menekan tombol dan kami melakukan sisanya”. Di era yang sekarang ini, kamera mulai bisa digunakan fotografer untuk mengeksplorasi media baru dari sudut pandang yang lebih kreatif, mencoba untuk menemukan potensi dan keterbatasan dan mendefinisikan fotografi sebagai bentuk dari sebuah seni.

Untuk menciptakan fokus pembidikan pada kamera Single Lens Reflex, ketika awal tahun 1950 maka dimulailah digunakan prisma (SLR), dan Negara Jepang pun sudah mulai memasuki dunia fotografi dengan mengeluarkan kamera NIKON. Pertengahan tahun 1972, kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land mulai dipasarkan. Kamera Polaroid ini dapat menciptakan sebuah gambar tanpa melewati proses pengembangan dan pencetakan film.

Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Pada jaman dahulu kamera seperti ini hanya sebesar tenda dan bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam. Namun kini kamera digital yang hanya sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.

Perkembangan teknologi fotografi dewasa ini, juga sudah digunakan dalam berbagai profesi. Teknologi fotografi saat ini mampu mengantarkan kita melihat object yang sangat kecil untuk dilihat hingga foto tempat berbahaya yang sulit dijangkau mata manusia. Mulai dari digunakan media cetak dan televisi untuk informasi iklan bahkan beberapa bidang profesi lain dari kedokteran hingga astronomi. Untuk sebagian orang pada abad ini, fotografi sudah menjadi hobi atau dijadikan sebagai profesi.

Sejarah Seni Fotografi1

Fotografi adalah Seni

Dalam perkembangannya, fotografi secara lebih luas telah diakui sebagai seni, bisa sebagai tampilan di museum, dihargai oleh kolektor, dibahas oleh para kritikus, dan dipelajari dalam kursus sejarah seni. Namun pada kenyataannya, pengakuan foto sebagai karya seni sempat mendapat beberapa pertentangan.

Timbulnya pertentangan terjadi akibat banyaknya yang berpendapat bahwa fotografi tidak membutuhkan kreativitas atau imajinasi karena subjek fotografi tersebut “siap pakai” dan tidak perlu manipulasi atau kontrol oleh fotografer. Namun terdapat beberapa alasan di bawah ini meruntuhkan pendapat yang dikemukakan mereka.

Pada sebuah kamera, tidak peduli seberapa banyak fitur otomatis yang dimilikinya itu merupakan benda tak bernyawa dan tidak bisa menghasilkan karya seni sampai seseorang yang menggunakannya. Seorang fotografer bisa saja mendapatkan gambar dengan proses seleksi, melihat melalui jendela bidik kamera kemudian baru memutuskan apa yang akan dimasukkan serta yang harus diabaikan dari tempat kejadian.

Mereka dapat menentukan jarak dari mana untuk mendapatkan gambar dan sudut mana yang tepat, yang tentunya paling sesuai dengan tujuan mereka. Seorang fotografer harus dengan sabar menunggu hingga mendapatkan cahaya yang tepat atau mungkin mengambil keputusan sepersekian detik, tetapi hasil akhir tetap berpegang pada rasa seorang fotografer itu sendiri. Mereka dapat membekukan gambar yang bergerak atau merekamnya sebagai gambar yang kabur (blur).

Seorang fotografer juga dapat mengubah warna dalam suatu gambar dengan pilihan mereka. Alasan di atas yang pada akhirnya membuat fotografi juga dianggap sebagai sebuah karya seni.

Itulah sedikit penjelasan mengenai sejarah fotografi hingga bisa kita nikmati saat ini.